Selasa, 23 Maret 2010

Emas Bakal Kalah Pamor dari Saham?

JAKARTA, KOMPAS.com — Harga emas mengkilap lagi. Pada penutupan perdagangan Selasa (23/3/2010) waktu setempat, harga emas untuk pengiriman terkini di Divisi Comex, New York Mercantile Exchange, Amerika Serikat, ditutup naik menjadi 1.103,50 dollar AS per troy ounce dari sebelumnya di posisi 1.099,30 dollar AS.


Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo, Apelles R.T. Kawengian, berpendapat, meski harga emas mulai menguat, dalam jangka pendek laju harga logam mulia ini bakal tersendat. Ada sejumlah faktor yang berpotensi menahan harga emas. Pertama, keberhasilan Presiden AS Barack Obama mengegolkan program kesehatan. Ini akan berefek positif ke pasar saham, khususnya harga saham sektor farmasi.



Investor tentu akan memanfaatkan peluang ini untuk keluar dari instrumen safe haven, seperti emas ke instrumen investasi yang lebih berisiko. "Banyak investor yang menjual emas untuk masuk pasar saham," ujar Apelles kepada KONTAN, kemarin.



Faktor kedua, keputusan bank sentral India mengerek suku bunga mendorong investor menyimpan uangnya pada instrumen yang terkait bunga. "Bagi investor yang hidup dari fluktuasi harga, pasti akan berpaling dari emas," ujar analis Indosukses Futures, Herry Setyawan. Selain menyasar saham, kenaikan bunga memicu investor mengejar imbal hasil (yield) dari pasar obligasi atau pasar uang.



Analis Valbury Asia Futures, Rekhmen Abadi, melihat, setelah emas mengalami koreksi selama tiga minggu terakhir, belum ada tanda-tanda harga emas akan naik cepat. "Permintaan safe haven, khususnya emas, tak banyak, investor berpindah ke aset-aset berisiko," ujarnya.



Oleh sebab itu, Rekhmen memprediksi, saat ini pergerakan harga emas masih cenderung searah dengan dollar AS. Kedua instrumen ini akan mendapat keuntungan dari sentimen negatif global, utamanya Eropa. "Emas juga bisa tertekan seiring potensi pengetatan kebijakan moneter China di tengah lonjakan ekonomi dan inflasi belakangan ini," ujarnya.



Tekanan beli



Para analis memperkirakan, dalam sepekan ke depan, harga emas masih akan tertekan meski tak terkoreksi dalam. Hingga akhir semester satu ini, Apelles menebak harga emas bergerak di level 1.070 dollar AS-1.120 dollar AS per troy ounce.



Kalkulasi Rekhmen, emas masih akan diperdagangkan di rentang harga 1.090 dollar AS-1.096 dollar AS per troy ounce. Sedangkan Herry meramal, harga emas di kisaran 1.075 dollar AS-1.080 dollar AS per troy ounce hingga sepekan ke depan. Pasalnya, dengan kondisi seperti ini, masih banyak investor yang akan melakukan ambil untung atau profit taking. Dus, dia melihat harga emas hingga akhir semester I-2010 akan cenderung turun di level 1.075-1.175 dollar AS per troy ounce.



"Dalam jangka pendek, lebih baik jangan masuk dulu karena masih ada kemungkinan harga emas akan terkoreksi," kata Apelles. Saat ini, pasar juga berekspektasi sejumlah negara akan menaikkan suku bunga acuannya. "Sekarang banyak yang memperkirakan inflasi akan merangkak naik. Artinya, peluang bunga untuk stabil akan lebih sulit," tuturnya. (Dyah Megasari/Kontan)

Kompas.com 24 Maret 2010

IDENTITAS DIRI


Nama : Ayu Nastiti
NIM : 1095111124
Prodi : S1 Akuntansi
TTL : Magelang, 06 November 1990